LAPORAN
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
SISTEM
PENGAPIAN
DI AHASS KRANGGAN AJI II PEGANDON
Jl. Raya Penanggulan Pegandon
Kendal
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Sebagai Syarat Mengikuti Ujian
Nasional
Tahun Pelajaran 2013/2014

Disusun
oleh :
Nama : Imam Syaifudin
NIS : 4375
Kelas : XII TEKNIK SEPEDA MOTOR 1
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KENDAL
SMK NEGERI 2 KENDAL
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri Ini Telah Disetujui dan Disahkan Pada
Hari :
Tanggal :
Di :
Pembimbing
DU DI, Pembimbing
Sekolah
Ngarpani Cipto Edi
Wibowo, S.T
NIP.
199770419 200801 1 007
Ka
Prog. Studi TSM
Setiyo, S.Pd.
NIP. 199710816
200801 1 013
Direktur/Pimpinan
Du Di, Kepala
SMK N 2 KENDAL
H.Achmad
Munadji Drs. MARYONO,M pd. NIP. 19640304
198903 1 028
MOTTO PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. Yang membuat kita beda dari orang lain adalah
kemauan.
- Kemauan adalah awal kesuksesan.
- Janganlah merasa tidak bisa sebelum mencoba
- Pengalaman adalah guru yang paling baik
- Displin, Kerja Keras, dan Berdo’a adalah kewajiban
- Selalu berusaha dan pantang menyerah
- Pekejaan sekecil apapun pasti ada manfaatnya
PERSEMBAHAN :
Laporan ini disusun untuk dipersembahkan kepada :
1. Kedua orang tua dan saudara-saudara
saya yang selalu mendukung dalam membimbing saya.
2. Bapak Drs. H. Maryono, M.Pd selaku Kepala SMK N 2 Kendal.
3. Bapak Setiyo, S.Pd selaku Kepala Program
Studi Teknik Sepeda Motor.
4. Bapak Cipto Edi Wibowo, S.T.. selaku pembimbing sekolah dalam
praktek kerja industri.
5. Bapak dan Ibu guru serta staf
karyawan SMK N 2 Kendal.
6. Bapak Nindyatama selaku supervisor
PT. ASTRA Internasional. Tbk.
7. Bapak Ngarpani selaku Kepala Bengkel
AHASS KRANGGAN AJI II PEGANDON
8. Semua rekan yang selalu membantu dan
membimbing saya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada saya
sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek kerja industri sebagai syarat
dalam mengikuti Tes Semester IV
Program Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) merupakan salah satu
program yang dilaksanakan di SMK N 2 kendal yang merupakan pembelajaran yang
dilaksanakan di dunia industri untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik. Serta mengenalkan dunia kerja dan memberi pengalaman
kerja di industri kepada setiap peserta didik, yang bertujuan agar setiap
peserta didik lulusan SMK 2 Kendal siap kerja untuk industri.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini. Pihak-pihak tersebut antara lain:
1) Bapak Drs. H. Maryono, M.Pd., selaku Kepala SMK Negeri 2 Kendal.
2) Bapak Setiyo S.Pd selaku Kepala Kompetensi Keahlian
Teknik Sepeda Motor.
3) Bapak Budi Setiawan S.Pd, selaku guru pembimbing sekolah.
4) Bapak Ngarpani, selaku Kepala
Bengkel AHASS KRANGGAN AJI II Pegandon, dan para teknisi.
5) Teman - Teman serta orang-orang yang
telah membantu saya.
Demikian
laporan ini saya buat. Apabila terjadi kesalahan kata dalam penulisan atau ada
yang tidak berkenan, saya minta maaf. Maka dari itu saya mengharap kritik dan
saran dari pembaca. Semoga laporan praktek kerja industri ( Prakerin ) dapat
bermanfaat.
Kendal, 18 November 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................... .i
MOTTO...............................................................................................................................ii
PERSEMBAHAN............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang prakerin..................................................................................... 1
B. Maksud dan tujuan Prakerin.............................................................................. 2
C. Tujuan Pembuatan laporan
prakerin................................................................. 2
BAB II URAIAN UMUM
A. Sejarah
“AHASS KRANGGAN AJI”............................................................. 3
B. Identitas Perusahaan…….…………………………..……............................... 3
C. Denah Lokasi “AHASS KRANGGAN AJI”................................................... 4
D. Struktur Organisasi “AHASS KRANGGAN AJI”.......................................... 5
BAB III URAIAN
KHUSUS
A. Kompetensi/
Pekerjaan yang dikerjakan............................................................ 6
B. Uraian
detail Sistem CVT................................................................................. 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………....32
B. Saran…………………………………………………………………………..33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Kendal
(SMK N 2 Kendal) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis
ketrampilan dan keahlian yang bertujuan menghasilkan tamatan-tamatan yang
berkompeten dalam bidangnya masing-masing.
Namun dengan
adanya keterbatasan sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan sekolah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, salah satu upaya yang
ditempuh SMK Negeri 2 Kendal adalah menerapkan program Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
atau Link and Match secara blok.
Dalam program ini siswa akan bertemu, mempelajari, serta menggunakan langsung
alat-alat serta teknologi yang digunakan dalam industri sehingga program ini
juga disebut praktek kerja industri (Prakerin).
Hal ini juga diatur
Berdasarkan Kep.Mendikbud No.
08C/U/93, tentang kurikulum SMK serta UU
No. 2 Th. 1989, tentang Pendidikan Nasional. Menyatakan bahwa setiap siswa
didik SMK harus melaksanakan program Pendidikan Sistem Ganda, (PSG) yang
diwujudkan melalui Prakerin (Praktik Kerja Industri). Setiap siswa melaksanakan
program tersebut selama 4 (empat) bulan. Sedangkan waktu pelaksanaannya sesuai
kebijakan masing-masing sekolah.
B.Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Praktik
Kerja Industri yang telah dilaksanakan penulis mempunyai tujuan sebagai berikut
:
1. Melengkapi
syarat untuk mengikuti Ujian nasional 2013/2014
2. Mengaplikasikan
teori serta Ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah.
3. Meningkatkan
kedisiplinan dan etos kerja.
4. Melatih
dan membentuk kepribadian siswa yang siap untuk masuk DU/DI.
5. Merasakan
secara langsung bagaimana dunia industri yang sesungguhnya.
6. Mencari
hal-hal baru yang belum pernah dipelajari di sekolah serta dapat
mengaplikasikannya di sekolah
C.Tujuan Penulisan Laporan (Prakerin)
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan laporan ini adalah:
1.
Menambah
pengalaman dalam pembuatan karya tulis dimasa yang akan datang.
2.
Meningkatkan
produktifitas dan profesionalisme kerja siswa.
3.
Sebagai
salah satu syarat dalam rangka menempuh Ujian Sebagai bentuk nasional pertanggung jawaban penulis dalam
melaksanakan praktek kerja industri (Prakerin).
4.
Menambah
pengetahuan penulis dalam sistem pengapian.
5.
Memberi
wawasan dan informasi serta minat baca bagi para pembaca.
BAB II
URAIAN UMUM
A.
Sejarah Pendirian Perusahaan
AHASS Kranggan
Aji II Pegandon adalah perusahaan yang bergerak di bidang PERAWATAN,
SUKU CADANG Sepeda Motor HONDA AHASS
KRANGGAN AJI II PEGANDON didirikan pada tahun 2000, yang beralamat DI Jln. RAYA
PENANGGULAN PEGANDON KENDAL. AHASS KRANGGAN AJI II PEGANDON memiliki 4 orang
mekanik, 1 orang kepala mekanik dan 2 orang kasir.
Perusahaan
ini berorientasi pada kepuasan pelanggan, perawatan, maupun suku cadang, dengan
memperhatikan dan mementingkan kualitas Motor Honda kualitas servis yang baik,
keaslian suku cadang.
2.2. IDENTITAS
PERUSAHAAN
Nama Bengkel :
AHASS KRANGGAN AJI II PEGANDON
Alamat : Jl. Raya Penanggulan
Bidang Usaha : Service, Suku Cadang (Spare Part).
2.3 DENAH LOKASI BENGKEL

![]() |
PASAR PEGANDON
MASJID
PENANGGULAN



![]() |
![]() |
Dari
gemuh
Bengkel YAMAHA
![]() |
Toko busana
![]() |
Warnet
![]() |
bengkel
AHASS
LOKASI
Dari patebon
2.4
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
Adapun
struktur organisasi yang telah terbentuk sejak berdirinya AHASS KRANGGAN AJI II
PEGANDON adalah sebagai berikut :

BAB
III
URAIAN
KHUSUS
A. Kompetensi / Pekerjaan Yang
Dikerjakan
Kompetensi
atau pekerjaan yang telah dikerjakan selama prakerin meliputi:
1.
Tune
up yang meliputi 20 point servis Honda yaitu :
a. Periksa
lampu-lampu kendaraan, jika ada lampu yang mati maka periksalah arusnya dan
apabila lampu rusak maka gantilah.
b. Periksa
sinyal instrumen kendaraan.
c. Periksa
suspensi kendaraan.
d. Periksa
kemudi kendaraan.
e. Periksa
roda dan jari-jari kendaraan.
f. Periksa
tekanan ban kendaraan.
g. Periksa
baterai, masih bagus atau sudah lemah.
h. Periksa
rem depan dan rem belakang.
i. Ganti
oli mesin sesuai buku petunjuk.
j. Bersihkan
filter oli dari kotoran.
k. Ganti
filter oli setiap 9000 km/ klipatannya.
l. Periksa
kondisi dan celah busi.
m. Periksa
tekanan kompresi.
n. Setel
klep jika perlu atau jika suaranya kasar.
o. Bersihkan
karburator agar jalannya bahan bakar tidak tersumbat dengan kerak-kerak yang
ada di karburator.
p. Bersihkan
saringan udara.
q. Setel
handle gas.
r. Setel
putaran mesin.
s. Periksa
semua baut pengikat.
t. Pemeriksaan
final. Uji coba jalan.
2.Servis transmisi otomatis ( CVT
) yang meliputi :
a. Pembersihan
komponen-komponen pully secoundary dan primary
b. Pengecekan
komponen-komponen pully secoundary dan primary
c. Penggantian komponen pully secoundary
maupun primary yang sudah tidak bisa
digunakan lagi.
d. Perawatan komponen-komponen
pully secoundary dan primary dengan memberi pelumas pada komponen.
3.Servis besar yang
dipekerjakan
meliputi :
a.
Pembersihan ruang bakar
b.
Pemeriksaan komponen mesin pada cilinder.
c.
Menyekur klep agar
lebih rapat kembali,sehingga tidak terjadi kebocoran pada saat langkah kerja
piston.
d.
Mengganti semua gasket agar tidak terjadi kebocoran.
4.Servis rem yang meliputi:
a.
Pengecekan komponen rem dan membersihkan semua
komponennya.
b. Penggantian
komponen bila sudah tidak bisa digunakan lagi dengan sepengetahuan dan persetujuan
pemilik kendaraan.
B. Uraian Detail Satu Kompetensi
SISTEM PENGAPIAN
1.
Pengertian
Sistem
pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran
bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu
pada akhir langkah kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor
bensin pembakaran tidak bisa
terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang dikompresikan
terjadi di dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga
diperoleh tenaga akibat pemuaian gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong
piston ke TMB menjadi langkah usaha. Agar busi dapat memercikkan bunga api,
maka diperlukan
suatu system yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja
bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.
2.
Syarat-syarat system pengapian
Ketiga
kondisi di bawah ini adalah merupakan syarat penting yang harus dimiliki oleh
motor bensin, agar mesin dapat bekerja dengan efisien yaitu:
a)
Tekanan kompresi yang tinggi.
b)
Saat pengapian yang tepat dan percikan
bunga api yang kuat.
c)
Perbandingan campuran bensin dan udara
yang tepat.
Agar sistem pengapian bisa berfungsi secara
optimal, maka sistem pengapian harus memiliki kriteria seperti di bawah
ini:
2.1.
Percikan bunga api harus kuat
Pada
saat campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama
yang terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat
sulit, hal ini disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan.
Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat
membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi. Terjadinya
percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh pembentukan tegangan
induksi yang dihasilkan oleh system pengapian. Semakin tinggi tegangan yang
dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan bisa semakin kuat. Penjelasan lebih
jauh tentang pembentukan tegangan induksi yang baik dibahas pada bagian E sampai
H (koil pengapian sampai busi).
Namun secara garis
besar agar diperoleh tegangan induksi yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut ini:
1.
Pemakaian koil pengapian yang sesuai
2.
Pemakaian kondensor yang tepat
3.
Penyetelan saat pengapian yang sesuai
4.
Penyetelan celah busi yang tepat
5.
Pemakaian tingkat panas busi yang tepat
6.
Pemakaian kabel tegangan yang tepat
2.2.
Saat pengapian harus tepat
Untuk
memperoleh pembakaran yang sempurna, maka campuran bensin dan udara harus baik,
dan percikan harus sesuai waktunya yaitu pada akhir langkah kompresi. Agar
pembakaran yang terjadi ruang bakar menghasilkan hasil pembakaran yang sempurna
dan tenaga yang menghasilkan.
2.3.
System pengapian harus kuat dan
tahan
Sisem
pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada
ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan; harus tahan terhadap
getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh
sistem pengapian itu sendiri.
3.
Sumber tegangan tinggi sepeda motor
Untuk
menjamin tersedianya tegangan pengapian yang tetap tinggi maka diperlukan
sistem yang akurat. Sistem pengapian tegangan tinggi menghasilkan percikan
bunga api di busi. Sumber tegangan pada sepeda motor dapat berasal dari :
3.1. Pengapian
Langsung
Bentuk
yang paling sederhana sumber tegangan pengapian adalah dengan menyediakan
source coil (koil sumber pengapian) yang tergabung langsung dengan generator
utama (alternator atau flywheel magneto). Keuntungannya adalah sumber tegangan
tidak dipengaruhi oleh beban sistem kelistrikan mesin. Sedangkan kekurangannya
adalah pada kecepatan mesin rendah, seperti pada saat menghidupkan (starting)
mesin, tegangan yang keluar dari koil sumber berkemungkinan tidak cukup untuk
menghasilkan percikan yang kuat.
Arus
listrik yang dihasilkan oleh alternator atau flywheel magneto adalah
arus listrik AC (Alternating Currrent). Prinsip kerja alternator dan flywheel
magneto sebenarnya adalah sama, perbedaannya hanyalah terletak pada
penempatan atau konstruksi magnetnya. Pada flywheel magneto bagian
magnet ditempatkan di sebelah luar spool (kumparan). Magnet tersebut berputar
untuk membangkitkan listrik pada spool (kumparan) dan juga sebagai roda gila (flywheel)
agar putaran poros engkol tidak mudah berhenti atau berat. Sedangkan pada alternator
magnet ditempatkan di bagian dalam spool (kumparan). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar
3.1 kontruksi flywheel magneto dan alternator
Pembangkit listrik AC
pada sepeda motor baik model alternator ataupun model flywheel magneto terdiri
dari beberapa buah kumparan kawat yang berbeda-beda jumlah lilitannya sesuai
dengan fungsinya masing-masing, dan akan menghasilkan arus listrik apabila ada
kutubkutub magnet yang mempengaruhi kumparan tersebut. Kutub ini didapat dari
rotor magnet yang ditempatkan pada poros engkol, dan biasanya dilengkapi dengan
empat atau enam buah magnet permanen dan arus listrik AC yang dihasilkan dapat
berubah-ubah sekitar 50 kali per detik (50 cycle per second)
3.2. Pengapian
Baterai
Selain dari sumber
tegangan langsung di atas terdapat juga sumber tegangan alternatif dari sistem
kelistrikan utama. Sistem ini biasanya terdapat pada mesin yang mempunyai
sistem kelistrikan di mana baterai sebagai sumber tegangan sehingga mesin tidak
dapat dihidupkan tanpa baterai. Hampir semua baterai menyediakan arus listrik
tegangan rendah (12 V) untuk sistem pengapian.
Dengan sumber tegangan
baterai akan terhindar kemungkinan terjadi masalah dalam menghidupkan awal
mesin, selama baterai, rangkaian dan komponen sistem pengapian lainnya dalam
kondisi baik.
Arus listrik DC (Direct
Current) dihasilkan dari baterai (Accumulator). Baterai tidak dapat
menciptakan arus listrik, tetapi dapat menyimpan arus listrik melalui proses
kimia. Pada umumnya baterai yang digunakan pada sepeda motor ada dua jenis sesuai dengan kapasitasnya
yaitu baterai 6 volt dan baterai 12 volt.
Di
dalam baterai terdapat sel-sel yang jumlahnya tergantung pada kapasitas baterai
itu sendiri, untuk baterai 6 volt mempunyai tiga buah sel sedangkan baterai 12
volt mempunyai enam buah sel yang berhubungan secara seri dan untuk setiap sel
baterai menghasilkan tegangan kurang lebih sebesar 2,1 volt. Sementara untuk
setiap sel terdiri dari dua buah pelat yaitu pelat positif dan pelat negatif yang
terbuat dari timbal atau timah hitam (Pb). Pelat-pelat tersebut disusun
bersebelahan dan diantara pelat dipasang pemisah (Separator) sejenis
bahan non konduktor dengan jumlah pelat negatif lebih banyak dibandingkan
dengan pelat positif untuk setiap sel baterainya.

gambar 3.2 konstruksi baterai
Pelat-pelat ini direndam dalam cairan
elektrolit (H2SO4). Akibat terjadinya reaksi kimia antara pelat baterai
dengan cairan elektrolit tersebut akan menghasilkan arus listrik DC (Direct
Current). Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :

PbO2 = Timah peroksida
PbSO4 = Sulfat Timah
H2SO4 = Cairan Elektrolit
H2O = Air
Jika baterai telah digunakan dalam
jangka waktu tertentu maka arus listrik yang tersimpan di dalam baterai akan
habis, oleh sebab itu diperlukan sistem untuk melakukan pengisian kembali.
Sistem pengisian ini memanfaatkan arus dari kumparan yang terlebih dahulu
disearahkan dengan menggunakan penyearah arus yang disebut dengan Cuprok (Rectifier).
Reaksi yang terjadi pada saat pengisian baterai adalah sebagai berikut :


gambar 3.3 konstruksi baterai kering
4. Komponen-komponen sistem pengapian
4.1. Kunci kontak
Pada
sistem pengapian, kunci kontak diperlukan untuk memutushubungkan rangkaian
tegangan baterai ke koil pengapian terminal (15/IG/+) saat menghidupkan atau
mematikan mesin.


Gambar 3.4 Kunci Kontak
Bila
kunci kontak posisi (On/IG/15), maka arus dari baterai akan mengalir ke
terminal positif (+/15) koil pengapian, maka tegangan primer sistem pengapian
siap untuk bekerja.
4.2. Ignition
Coil
Untuk
menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang
terdapat di antara dua elektroda pada busi. Karena udara merupakan isolator (penghantar
listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk mengatasi
tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem itu sendiri dan
seluruh komponen. sistem
pengapian lainnya. Koil pengapian mengubah sumber tegangan rendah dari baterai
atau koil sumber (12 V) menjadi sumber tegangan tinggi (10 KV atau lebih) yang
diperlukan untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi
dalam sistem pengapian.
Pada koil pengapian, kumparan primer
dan sekunder digulung pada inti besi. Kumparan-kumparan ini akan menaikkan
tegangan yang diterima dari baterai menjadi tegangan yang sangat tinggi melalui
induksi elektromagnetik. Inti besi (core) dikelilingi kumparan yang terbuat
dari baja silicon tipis. Terdapat dua kumparan yaitu sekunder dan primer di
mana lilitan primer digulung oleh lilitan sekunder.
Untuk mencegah terjadinya hubungan
singkat (short circuit) maka antara lapisan kumparan disekat dengan kertas
khusus yang mempunyai tahanan sekat yang tinggi. Ujung kumparan primer
dihubungkan dengan terminal negatif primer, sedangkan ujung yang lainnya
dihubungkan dengan terminal positif primer. Kumparan sekunder dihubungkan
dengan cara serupa di mana salah satunya dihubungkan dengan kumparan primer
lewat (pada) terminal positif primer yang lainnya dihubungkan dengan
tegangan tinggi malalui suatu pagas dan keduanya digulung. Terdapat tiga tipe
utama koil pengapian yang umum digunakan pada sepeda motor, yaitu:
a.
Tipe Canister
Tipe ini mempunyai inti
besi di bagian tengahnya dan kumparan sekunder mengelilingi inti besi tersebut.
Kumparan primernya berada di sisi luar kumparan sekunder. Keseluruhan komponen
dirakit dalam satu rumah di logam canister. Kadang-kadang canister diisi dengan
oli (pelumas) untuk membantu meredam panas yang dihasilkan koil. Kontsruksi
tipe canister seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

gambar 3.5 koil pengapian tipe canister
b.
Tipe Moulded
Tipe moulded coil merupakan tipe yang
sekarang umum digunakan. Pada tipe ini inti besi di bagian tengahnya dikelilingi
oleh kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder berada di sisi luarnya.
Keseluruhan komponen dirakit kemudian dibungkus dalam resin (damar) supaya
tahan terhadap getaran yang biasanya ditemukan dalam sepeda motor. Tipe moulded
coil menjadi pilihan yang populer sebab konstruksinya yang tahan dan kuat. Pada
mesin multicylinder (silinder banyak) biasanya satu coil melayani dua busi
karena mempunyai dua kabel tegangan tinggi dari kumparan sekunder.

gambar 3.6 koil pengapian tipe moulded
a.Tipe Koil gabungan (menyatu) dengan
tutup Busi (spark plug
Tipe koil ini merupakan tipe paling baru
dan sering disebut sebagai koil batang (stick coil). Ukuran besar dan beratnya
lebih kecil dibanding tipe moulded coil dan keuntungan palng besar adalah koil
ini tidak memerlukan kabel tegangan tinggi.

Gambar 3.7 tipe
koil pengapian yang menyatu dengan tutup busi
4.3.Contact
Breaker (Platina)
Platina pada sistem
pengapian berfungsi untuk memutushubungkan tegangan baterai ke kumparan primer.
Platina bekerja seperti switch (saklar) yang menyalurkan supply listrik ke
kumparan primer koil dan memutuskan aliran listrik untuk menghasilkan induksi.
Pembukaan dan penutupan platina digerakkan secara mekanis oleh cam/nok yang menekan bagian tumit dari platina
pada interval waktu yang ditentukan.

gambar 3.8 konstruksi platina
Pada saat poros
berputar maka nok akan mendorong lengan platina kearah kontak membuka dan
selanjutnya apabila nok terus berputar lebih jauh maka platina akan kembali
pada posisi menutu demikian seterusnya. Pada waktu platina menutup, maka arus
mengalir ke rangkaian primer sehingga inti besi pada koil pengapian akan jadi
magnet. Saat platina membuka, maka kemagnetan inti besi akan hilang dengan tibatiba.
Kehilangan kemagnetan pada inti besi tersebut akan dapat membangkitkan tegangan
tinggi (induksi) pada kumparan sekunder. Tegangan tinggi akan disalurkan ke
busi, sehingga timbul loncatan bunga api pada celah elektroda busi untuk
membakar campuran bensin dan udara pada akhir langkah kompresi. Permukaan kontak platina dapat terbakar oleh
percikan bunga api tegangan tinggi yang dihasilkan oleh induksi diri pada
kumparan primer, oleh karena itu platina harus diperiksa dan diganti secara
periodis.
Karena platina sangat penting untuk menentukan performa
system pengapian
(konvensional), maka dalam pemeriksaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut;
§
Tahanan kontak platina
Oksidasi/kerak kotoran
yang terjadi pada permukaan permukaan platina akan semakin bertambah dan
semakin buruk sebanding umur pemakaiannya.Bertambahnya lapisan oksidasi membuat
permukaan platina semakin kasar/kotor dan memperbesar tahanannya, sehingga aliran arus pada rangkaian primer
koil menjadi berkurang.
Faktor-faktor di bawah
ini menyebabkan tahanan kontak platina semakin bertambah, yaitu:
·
Gemuk Menempel pada Permukaan Celah
Kontak
·
Titik Kontak Tidak Lurus
§
Celah tumit ebonite
Untuk menghindari aus
yang terlalu cepat, sebaiknya beri gemuk pada tumit ebonit tersebut. Jika tumit
ebonit aus dapat menyebabkan platina tidak bisa terbuka saat cam berputar
sehingga sehingga tidak akan
terjadi loncatan bunga api dan mesin bisa mati.
§
Sudut dwell
Sudut pengapian merupakan sudut yang
diperlukan untuk satu kali pengapian pada satu silinder motor. Di mana secara
detail dapat diterangkan sebagai sudut putar nok/cam saat platina mulai membuka
sampai platina mulai membuka pada tonjolan nok/kam berikutnya sudut dwell adalah lamanya posisi platina
dalam keadaan menutup. Oleh karena Dengan memperbesar celah platina sudut dwell
menjadi kecil, dan sebaliknya bila celah platina diperkecil maka sudut dwell akan menjadi besar.
Sudut
dwell yang terlalu besar dapat menyebabkan kemungkinan percikan busi pada
sistem pengapian terlambat, putaran mesin kasar, tidak optimalnya fungsi
kondenser, dan sebagainya. Sedangkan sudut dwell yang terlalu kecil, dapat
menyebabkan kemungkinan percikan bunga api yang lemah/kecil, mesin overheating
(mesin teralu panas), performa mesin jelek dan sebagainya.
4.3
Kondensor
Saat
arus primer mengalir akan terjadi hambatan pada arus tersebut, hal ini
disebabkan oleh induksi diri yang terjadi pada waktu aru mengalir pada kumparan
primer. Induksi diri tidak hanya terjadi pada waktu arus primer mengalir, akan
tetapi juga pada waktu arus prime diputuskan oleh platina saat mulai membuka.
Pemutusan
arus primer yang tiba-tiba pada waktu platina membuka, menyebabkan bangkitnya
tegangan tinggi sekitar 500 V pada kumparan primer. Induksi diri tersebut,
menyebabkan sehingga arus prima tetap mengalir dalam bentuk bunga api pada
celah kontak. Hal ini terjadi karena gerakan pemutusan platina cenderung lebih
lambat dibanding gerakan aliran listrik yang ingin terus melanjutkan alirannya
k masa/ground. Jika terjadi loncatan bungai api pada platina tersebut saat
platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak terjadi dengan cepat,
padahal tegangan yang dibangkitkan pada kumparan sekunder naik bila pemutusan
arus primer lebih cepat.
Untuk
mencegah terjadinya loncatan bunga api pada platina seperti percikan api pada
busi, maka dipasang kondensor pada rangkaian pengapian. Pada umumnya kondensor
dipasang (dirangkai) secara paralel dengan platina.


gambar 3.9 kondensor
Dengan
adanya kondensor, maka induksi diri pada kumparan primer yang terjadi waktu
platina membuka, disimpan sementara pada kondensor, sekaligus akan mempercepat
pemutusan arus primer
Kemampuan
dari suatu kondensor ditunjukkan oleh seberapa sebesar kapasitasnya. Kapasitas
kondensor diukur am satuan mikro farad (μf), misalnya kapasitor dengan
kapasitas 0,22 μf atau 0,25 μf.
Agar
fungsi kondensor bisa benar-benar mencegah terbakarnya platina karena adanya
loncatan bunga api pada paltina tersebut, maka kapasitas kondensor harus sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
4.3 Busi
(Spark Plug)
Pada kendaraan bermotor
terdapat sebuah komponen yang berukuran
kecil dan mempunyai peran yang sangat vital. Komponen tersebut adalah sebuah
busi. Busi pada kendaraan berfungsi untuk menghasilkan bunga api listrik yang
diperlukan pada proses pembakaran. Penggunaan busi yang tepat pada kendaraan
menghasilkan performa mesin yang optimal.

gambar 3.10 busi
a.
Prinsip kerja busi
Busi akan meloncatkan bunga
api pada saat ada tegangan tinggi yang dihasilkan oleh coil, dikeluarkan di
antara center electroda dan ground electroda. Untuk menyalakan busi dihubungkan
dengan sebuah kabel busi.


gambar 3.11 kabel busi
b.
Kontruksi busi

gambar
3.12 kontruksi busi
c.
Nilai panas busi


Gambar 3.13 nilai panas busi
1. Busi yang meradiasikan panas lebih banyak disebut "busi
dingin". Sebaliknya yang meradiasikan panas sedikit disebut "busi
panas".
2. Busi akan maksimum bila elektroda tengahnya mempunyai temperatur
antara 4500C dan 9500C.
3. Batas operasional terendah dari husi disebut self cleaning
temperatur. Sedangkan batas tertinggi disebut preignition temperatur.
4. Untuk membedakan antara busi dingin dan busi panas dapat dilihat
dari panjang ujung insulator.
5. Busi dingin mempunyai ujung insulator yang lebih pendek sedangkan
busi panas ujung insulatornya panjang.

gambar 3.14 grafik batas
suhu operasional busi
d. Mengukur
dan menyetel celah busi
Penggunaannya dimulai untuk
pengukuran jarak elektroda danpemeriksaan pengapian dari 0.010 hingga
0.045" (0.254 ke 1.143mm). Enam alat untuk mengukur kawat jarak elektroda,
dan 12 mata pisau lurus memeriksa lainnya. Alat ini sudah meliputi alat
elektroda double-ended untuk memudahkan penyesuaian. Panjang mata pisau:
3-5/16". Alat mengukur kawat: 0.025, 0.030, 0.034, 0.035, 0.040, 0.045.
Mata pisau: 0.010, 0.012, 0.015, 0.016, 0.017, 0.018, 0.019, 0.020, 0.022,
0.024, 0.025, 0.026.


Gambar
3.15 Feeler Gauge
Spark Plug Gauge Tipe cincin:
Tipe meteran berbentuk cincin yang melingkar dengan
mudah mengukur jarak elektroda dari 0.020 hingga 0.100 (0.6 ke 2.4mm). Celah busi dapat memberikan gambaran kondisi sebuah mesin
kendaraan.


Gambar
3.16 Spark Plug Gauge
e. Berbagai
kondisi busi
1.
Busi Overheat

Gambar
3.17 Busi Overheat
Busi yang overheat akan kehilangan berglasir atau keliatan
berpasir putih halus. Overheat disebabkan antara lain oleh panas yang terlalu
tinggi dibanding tingkat kompresinya, saluran pembuangan (knalpot, muffler/silencer)
yang kurang lancar, waktu pengapian tidak tepat (terlalu cepat) atau
pendinginan mesin kurang memadai.
2.
Busi Berkerak

Gambar 3.18 Busi Berkerak
Busi berkerak menunjukkan kurangnya kompresi yang menyebabkan
sisa-sisa pembakaran menumpuk di kepala busi. Bisa disebabkan antara lain
karena bahan bakar kurang bersih atau terlalu banyak timbal (lead). Ini bisa
menyebabkan busi memanas hingga bisa terjadi pembakaran sebelum busi memercikan
api.
3.
Busi Baik

Gambar
3.19 Busi Baik
Kondisi
busi yang baik, dengan campuran dan waktu pengapian yang tepat, pembakaran
sempurna (efisien) dan suhu yang tepat.
4.
Busi Berminyak dan Berkerak

Gambar
3.20 Busi Berminyak Dan Berkerak
Kerak yang
berminyak menunjukkan masalah serius pada sirkulasi oli. Mungkin pada ring piston
atau dudukan atau karet pada klep. Lapisan kerak yang berminyak ini konduktif
dan bisa menyebabkan pengapian yang tidak tepat.
5.Busi Aus

Gambar
3.21 Busi Aus
Busi yang sudah aus atau sudah seharusnya diganti mulai bekerja
tidak efisien dan mulai terlapisi oleh campuran bahan bakar dan sisa-sisa
pembakaran, menyebabkan efisiensi busi berkurang dan gap kepala busi yang
membesar membebani sistem pengapian secara berlebihan.
5.
Busi Dengan Campuran Kaya

Gambar 3.22 Busi Dengan Campuran
Kaya
Campuran terlalu kaya (banyak bensin, sedikit udara) ditunjukkan
oleh lapisan bubuk hitam,menandakan kondisi busi mungkin OK, hanya campurannya
yang terlalu kaya. Periksa kembali seting karburator.
f. Posisi
memasang busi
Memasang busi haruslah
tepat pada dudukannya. Posisi yang salah berakibat buruk tak hanya pada busi
itu sendiri juga pada lancarnya mesin kendaraan. Perhatikan posisi salah dan
benar pemasangan busi berikut ini!

Gambar 3.23
pemasangan busi
5.
Tipe Pengapian Sepeda Motor
5.1 Sistem Pengapian Konvensional
(menggunakan contact breaker/platina)
a. Sistem
Pengapian Dengan Magnet (Flywheel Generator/ Magneto Ignition System)
Tegangan
pada sepeda motor), yang menghasilkan arus listrik adalah alternator atau
flywheel magneto. Sistem pengapian Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya (lihat bagian sumber magnet terdiri dari rotor yang berisi magnet
permanen/tetap, dan stator yang berisi ignition coil (koil/spool pengapian) dan
spool lampu. Rotor diikatkan ke salah satu ujung crankshaft (poros engkol) dan
berputar bersama crankshaft tersebut serta berfungsi juga sebagai flywheel
(roda gila) tambahan.
Arus
listrik dihasilkan oleh alternator atau flywheel magneto adalah arus listrik
bolak-balik atau AC (Alternating Currrent). Hal ini terjadi karena arah
kutub magnet berubah secara terus menerus dari utara ke selatan saat magnet
berputar.
Prinsip
kerja dari sistem pengapian ini adalah seperti “transfer/pemindahan energi”
atau “pembangkitan medan magnet”. Source coil pengapian terhubung dengan
kumparan primer koil pengapian. Diantara dua komponen (koil) tersebut dipasang
platina (contact breaker/contact point) yang berfungsi sebagai saklar dan
dipasang secara paralel dengan koil-koil tadi.
Pada
saat platina dalam keadaan menutup, maka arus yang dihasilkan magnet akan
mengalir ke massa melalui platina, sedangkan pada koil pengapian tidak ada arus
yang mengalir. Saat posisi rotor sedemikian rupa sehingga arus yang dihasilkan
source coil sedang maksimum, platina terbuka oleh cam/nok.

Gambar 3.24 rangkaian
sistem pengapian magnet

Gambar
3.25 rangkaian sistem pengapian magnet (2)
Kejadian ini
menyebabkan arus ke massa lewat platina terputus dan arus mengalir ke kumparan
primer koil dalam bentuk tegangan induksi sekitar 200V – 300V. Karena
perbandingan kumparan sekunder lebih banyak dibanding kumparan primer, maka
pada kumparan sekunder terjadi induksi yang lebih besar sekitar 10KV – 20KV
yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untu membakar campuran bahan bakar dan udara.
Induksi ini disebut induksi bersama (mutual induction). Untuk
menghasilkan tegangan induksi yang besar maka pada saat platina mulai membuka,
tidak boleh ada percikan bunga api dan aliran arus pada platina tersebut yang
cenderung ingin terus mengalirnya ke massa. Oleh karena itu, pada rangkaian
system pengapian dipasangkan kondensor/kapasitor untuk mengatasi percikan
pada platina saat mulai membuka
b. Sistem
Pengapian Dengan Baterai (Battery And Coil Ignition System)
Sistem pengapian
konvensional baterai merupakan system pengapian yang mendapat sumber tegangan
tidak dari source coil lagi, melainkan langsung dari sistem kelistrikan utama
mesin, yaitu baterai. Baterai berfungsi sebagai tempat menyimpan energi
listrik. Sistem pengapian ini akan lebih menguntungkan karena lebih kuat dan
stabil dalam memberikan suplai tegangan, baik untuk pengapian itu sendiri
maupun untuk aksesoris seperti sistem penerangan.
Cara kerja
sistem pengapian konvensional baterai pada dasarnya sama dengan sistem
pengapian konvensional magnet. Namun terdapat perbedaan dalam
pemasangan/perangaian platina. Dalam sistem pengapian magnet, platina dirangkai
secara parallel dengan koil pengapian, sedangkan dalam sistem pengapian baterai
dirangkai secara seri. Oleh karena itu, dalam sistem pengapian baterai,
rangkaian primer pengapian baru akan terjadi secara sempurna (arus mengalir
dari baterai sampai massa) jika posisi platina dalam keadaan tertutup.

Gambar 3.26rangkaian sistem pengapian baterai
(1)
Pada saat
platina terbuka oleh cam, aliran arus pada rangkaian primer akan terputus. Hal
ini akan menyebabkan terjadi induksi sendiri pada kumparan primer sebesar 200 V
– 300 V. Karena perbandingan kumparan sekunder lebih banyak disbanding kumparan
primer, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi yang lebih besar sekitar
10KV – 20KV yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk
pembakaran campuran bahan bakar dan udara. Induksi ini disebut induksi bersama
(mutual induction).

Gambar 3.27 rangkaian sistem pengapian
baterai (2)
5.2 Sistem Pengapian Electronic
(Electronic Ignition System)
a.
Sistem Pengapian Semi-Transistor
(Dengan Platina)
Cara
kerjanya adalah apabila kunci kontak (ignition switch) posisi “on” dan platina
dalam posisi tertutup, maka arus listrik mengalir dari terminal E pada TR1 ke
`terminal B. Selanjutnya melalui R1 dan platina, arus mengalir ke massa,
sehingga TR1 menjadi ON. Dengan demikian arus dari terminal E TR1 mengalir ke
terminal C. Selanjutnya arus mengalir melalui R2 menuju terminal B terus ke
terminal E pada TR2 yang diteruskan ke massa. (lihat gambar 4.46 di bawah).
Akibat
dari kejadian arus listrik yang mengalir dari B ke E pada TR2 yang diteruskan
ke massa tersebut menyebabkan mengalirnya arus listrik dari kunci kontak ke
kumparan primer, terminal C, E pada TR2 terus ke massa. Dengan mengalirnya arus
pada rangkaian primer tersebut, maka terjadi kemagnetan pada kumparan primer
koil pengapian.

Gambar 3.28 rangkaian
sistem pengapian semi transistor
Apabila
platina terbuka maka TR1 akan Off dan TR2 juga akan Off sehingga timbul induksi
pada kumparan – kumparan ignition coil (koil pengapian) yang menyebabkan
timbulnya tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Induksi pada kumparan
sekunder membuat terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran
campuran bahan bakar dan udara.
b.
Sistem Pengapian Full Transistor
(Tanpa Platina)
Cara
Kerjanya adalah Ketika kunci kontak di-on-kan, arus mengalir menuju terminal E
TR1 (transistor 1) melalui sekring, kunci kontak, tahanan (R) pada unit igniter
yang selanjutnya diteruskan ke massa. Akibatnya TR1 menjadi ON sehingga arus
mengalir ke kumparan primer koil pengapian menuju ke massa melalui terminal C –
E pada TR1.

gambar 3.29 sistem pengapian full transistor
Pada saat yang
bersamaan, sewaktu mesin berputar
(hidup) timing plate tempat kedudukan reluctor juga ikut berputar. Ketika saat
pengapian telah memberikan sinyal, sebuah arus aka terinduksi di dalam pick up
coil dan arus tersebut akan dialirkan ke terminal B pada TR2 terus ke massa.
Akibatnya TR2 menjadi ON, sehingga arus yang mengalir dari batrai saat ini
disalurkan ke massa melewati terminal C – E pada TR2.
Dengan kejadian ini TR1 akan
menjadi OFF sehingga akan memutuskan arus yang menuju kumparan primer coil
pengapian. Selanjutnya akan terjadi tegangan induksi pada kumparan prime dan
kumparan sekunder koil pengapian. Karena perbandinga kumparan sekunder lebih
banyak dibanding kumparan primer, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi
yang lebih besar sekitar yang bisa membuat terjadinya percikan bunga api pada
busi untuk pembakaran campuran bahan bakar dan udara.
c.
Sistem Pengapian CDI (Capacitor
Discharge Ignition)
Secara
umum beberapa kelebihan sistem pengapian CDI dibandingkan dengan sistem
pengapian konvensional adalah antara lain :
-
Tidak memerlukan penyetelan saat
pengapian, karena saat pengapian terjadi secara otomatis yang diatur secara
elektronik.
-
Lebih stabil, karena tidak ada loncatan
bunga api seperti yang terjadi pada breaker point (platina) sistem pengapian
konvensional.
-
Mesin mudah distart, karena tidak
tergantung pada kondisi platina.
-
Unit CDI dikemas dalam kotak plastik
yang dicetak sehingga tahan terhadap air dan goncangan.
-
Pemeliharaan lebih mudah, karena
kemungkinan aus pada titik kontak platina tidak ada.
Pada
umumnya sistem CDI terdiri dari sebuah thyristor atau sering disebut sebagai
silicon-controlled rectifier (SCR), sebuah kapasitor (kondensator), sepasang
dioda, dan rangkaian tambahan untuk mengontrol pemajuan saat pengapian. SCR
merupakan komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar elektronik.
Sedangkan
kapasitor merupakan komponen elektronik yang dapat menyimpan energi listrik
dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan dalam jangka waktu tertentu karena
walaupun kapasitor diisi sejumlah muatan listrik, muatan tersebut akan habis
setelah beberapa saat. Dioda merupakan komponen semikonduktor yang memungkinkan
arus listrik mengalir pada satu arah (forward bias) yaitu, dari arah
anoda ke katoda, dan mencegah arus listrik mengalir pada arah yag
berlawanan\sebaliknya (reverse bias). Berdasarkan sumber arusnya, sistem
CDI dibedakan atas sistem CDI-AC (arus bolakbalik) dan sistem CDI DC (arus
searah).
1. Sistem
Pengapian CDI-AC

Gambar 3.30 komponen-komponen cdi ac berikut rangkaiannya
Cara
Kerja Sistem Pengapian CDI-ACPada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet)
berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik
dari source coil seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Arus ini akan
diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus
tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus
searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI
unit.

gambar 3.31 cara kerja cdi – ac (1)
Rangkaian
CDI unit bisa dilihat dalam gambar dibawah ini. Kapasitor tersebut tidak akan
melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor) bekerja.

gambar 3.32 diagram rangkaian dasar unit cdi
Pada
saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus
sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Dengan adanya trigger
(pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus
listrik dari anoda (A) ke katoda (K) (lihat posisi anoda dan katoda pada gambar
dibawah ini.

gambar 3.33 cara kerja cdi – ac (2)
Dengan
berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge)
dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil
pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai
tegangan induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada kumparan primer
koil).

gambar 3.34 cara kerja
cdi – ac (3)
Akibat
induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam
kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi
tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan
membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar.
Terjadinya
tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh
magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh
penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan
waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat
pengapian terjadi secaraotomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan
bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR
pada sistem pengapian CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina)
dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat,
sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan cepat dan
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.
2
. Sistem Pengapian CDI-DC
Sistem pengapian CDI
ini menggunakan arus yang bersumber dari baterai. Prinsip dasar CDI-DC adalah
seperti gambar dibawah ini:

gambar 3.35 prinsip dasar cdi
Berdasarkan gambar di
atas dapat dijelaskan bahwa baterai memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah
inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan
menjadi sekitar 350V. Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi
kondensor/kapasitor. Ketika dibutuhkan percikan bunga api busi, pick-up coil
akan memberikan sinyal elektronik ke switch (saklar) S untuk menutup. Ketika
saklar telah menutup, kondensor akan mengosongkan (discharge) muatannya dengan
cepat melalui kumparan primaer koil pengapian, sehingga terjadilah induksi pada
kedua kumparan koil pengapian tersebut.
Jalur kelistrikan pada
sistem pengapian CDI dengan sumber arus DC ini adalah arus pertama kali
dihasilkan oleh kumparan pengisian akibat putaran magnet yang selanjutnya
disearahkan dengan menggunakan Cuprok (Rectifier) kemudian dihubungkan
ke baterai untuk melakukan proses pengisian (Charging System). Dari
baterai arus ini dihubungkan ke kunci kontak, CDI unit, koil pengapian dan ke
busi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

gambar 3.36 sirkuit
sistem pengapian cdi dengan arus dc
Cara kerja sistem
pengapian CDI dengan arus DC yaitu pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan
mengalir dari baterai menuju sakelar. Bila sakelar ON maka arus akan mengalir
ke kumparan penguat arus dalam CDI yang meningkatka tegangan dari baterai (12
Volt DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan
kemudian dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara.
Akibat putaran mesin,
koil pulsa menghasilkan arus yang kemudian mengaktifkan SCR, sehingga memicu
kondensor/kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian.
Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer koil
pengapian, maka timbul tegangan induksi pada kedua kumparan yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder dan
menghasilkan
loncatan bunga api pada busi untuk melakukan pembakaran
campuran bahan bakar
dan udara.
6. Saat Pengapian (Ignition Timing)
Saat
pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat
terjadinya
percikan bunga api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada
akhir langkah kompresi. Saat terjadinya percikan waktunya harus ditentukan
dengan tepat supaya dapat membakar dengan sempurna campuran bensin dan udara
agar dicapai energi maksimum.

Gambar 3.37 Batas TMA dan TMB piston
Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan
waktu tertentu bagi api untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu
akan terjadi sedikit keterlambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan
pembakaran maksimum.
Dengan
demikian, agar diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran
mencapai titik tertinggi (sekitar 100 setelah TMA), periode perambatan
api harus diperhitungkan pada saat menentukan saat pengapian (ignition timing).
Karena diperlukannya waktu untuk perambatan api, maka campuran
bahan bakar – udara harus sudah dibakar sebelum TMA. Saat mulai terjadinya
pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut disebut dengan saat
pengapian (ignition timing). Agar saat pengapian
dapat
disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya diperlukan peralatan
untuk merubah (memajukan atau memundurkan)saat pengapian. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer
untuk pengapian konvensional.
Dalam sepeda motor biasanya
disebut dengan unit pengatur saat pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing
Unit). ATU akan mengatur pemajuan saat pengapian. Pada sepeda motor dengan
sistem
pengapian
konvensional (menggunakan platina) ATU diatur secaramekanik sedangkan pada
sistem pengapian elektronik ATU diatur secara elektronik. Penjelasan lebih jauh
tentang ATU dibahas pada bagian I(Tipe Sistem Pengapian Pada Sepeda Motor).
Bila saat pengapian dimajukan terlalu jauh (lihat gambar
4.2 titikA) maka tekanan pembakaran maksimum akan tercapai sebelum 100 sesudah
TMA. Karena tekanan di dalam silinder akan menjadi lebih tinggi dari pada
pembakaran dengan waktu yang tepat, pembakaran campuran udara bahan bakar yang
spontan akan terjadi dan akhirnya akan terjadi knocking atau detonasi.

Gambar 3.38 Posisi saat pengapian
Knocking
merupakan ledakan yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan
karena naiknya tekanan yang besar dan kuat yang terjadi pada akhir pembakaran.
Knocking yang berlebihan akan mengakibatkan katup, busi dan torak terbakar.
Saat pengapian yang terlalu maju juga bisa menyebabkan suhu mesin menjadi
terlalu tinggi.Sedangkan bila saat pengapian dimundurkan terlalu jauh (lihat
gambar 4.2 titik C) maka tekanan pembakaran maksimum akan terjadi setelah 100
setelah TMA (saat dimana torak telah turun cukup jauh). Bila dibandingkan
dengan pengapian yang waktunya tepat (gambar 4.2 titik B), maka tekanan di
dalam silinder agak rendah sehingga output mesin menurun, dan masalah
pemborosan bahan bakar dan lainnya akan terjadi. Saat pengapian yang tepat
dapat menghasilkan tekanan pembakaran yang optimal.
6.1. Sistem
Pengapian Harus Kuat dan Tahan
Sisem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi
setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan;
harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang
dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri.
Komponen-komponen sistem pengapian
seperti koil pengapian, kondensor, kabel busi (kabel tegangan tinggi) dan busi
harus dibuat sedemikan rupa sehingga tahan pada berbagai kondisi. Misalnya
dengan naiknya suhu di sekitar mesin, busi harus tetap tahan (tidak meleleh)
agar bisa terus memberikan loncatan bunga api yang baik. Oleh karena itu,
pemilihan
tipe busi harus benar-benar tepat.
Begitu pula dengan koil pengapian
maupun kabel busi, walaupun terjadi perubahan suhu yang cukup tinggi (misalnya
karena mesin bekerja
pada
putaran tinggi yang cukup lama), komponen tersebut harus mampu menghasilkan dan
menyalurkan tegangan tinggi (induksi) yang cukup.Pemilihan tipe koil hendaknya
tepat sesuai kondisi operasional sepedamotor yang digunakan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk bisa mendapatkan ilmu secara maksimal dan memuaskan, terutama ilmu di bidang keterampilan, siswa tidak akan cukup bila hanya mengandalkan teori saja, praktik
langsung didunia usaha
mempunyai peranan sangat penting
dalam menimba ilmu apapun
yang belum dipelajari di sekolah. Sehingga, Praktik Kerja Industri perlu diadakan untuk
menambah kemampuan dan pengalaman para siswa. Setelah melaksanakan progam
Praktik Kerja Industri ini, banyak ilmu dan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dan semoga dapat berguna dikehidupan yang akan datang guna
meningkatkan sumber daya manusia. Melalui praktik kerja dengan objek yang
sebenarnya kemampuan seseorang akan
berkembang lebih baik daripada hanya mengandalkan teori sekolah saja. Dan itu memang terbukti dengan diadakannya
Prakerin kemampuan siswa jauh meningkat.
Setelah melaksanakan program prakerin ini dapat
disimpulkan bahwa pemeliharaan komponen-komponen sepeda motor maupun sistem
yang ada didalamnya sangatlah diperlukan untuk,menjaga performa mesin agar
selalu stabil dan dapat bekerja dengan baik tanpa adanya suatu
kekurangan.Karena sepeda motor mempunyai banyak komponen yang saling
terkait,sehingga bila salah satu komponen sepeda motor mengalami kerusakan
dapat mengurangi kinerja sepeda motor atau bahkan dapat membuat sepeda motor
tidak bisa hidup.Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan dan perawatan yang
baik dan benar sesuai standar operasional kerja dan buku pedoman pemeliharaan
yang ada.
B.
Saran
Setelah
melakukan program prakerin, ada beberapa saran dari saya antara lain:
1.Sekolah
a.
Memberikan
pembekalan lebih kepada siswa sebelum dan pasca melaksanakan program prakerin.
b.
Memberikan
motivasi-motivasi agar siswa yang melaksanakan kegiatan prakerin lebih
semangat.
c.
Memberikan
bekal teori-teori agar siswa tidak kaget dengan dunia usaha.
d.
Mengajarkan
etika di dunia usaha agar tidak terjadi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan
yang berdampak buruk bagi sekolah dan tempat usaha.
e.
Selalu
mengawasi siswa yang prakerin agar siswa yang menyeleweng bisa ditegur.
f.
Lebih
meningkatkan sosialisasi ke dunia industri,untuk lebih mengetahui kemajuan
teknologi dewasa ini.
2.Industri
a.
Memberikan
pengarahan lebih kepada siswa agar nantinya setelah prakerin selesai siswa bisa
mengatasi suasana kerja didunia usaha yang sebenarnya.
b.
Memperluas
bengkelnya agar saat bengkel ramai tidak berdesak-desakan dan jika bengkelnya
bertambah luas pasti pelangganpun akan bertambah banyak seiring dengan tempat
yang semakin luas.
c.
Perlunya
promosi-promosi dan terobosan-terobosan baru seiring dengan perkembangan zaman
agar pelanggan yang ada bertambah banyak.
d.
Memberikan
kesempatan lebih kepada siswa agar siswa bisa membuktikan kemampuan yang
dimilikinya.
e.
Alatnya
lebih dilengkapi lagi karena ada beberapa alat yang belum ada.
Didalam buku
laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penggunaan bahasa
dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu saya(penulis)mohon maaf,bagi pembaca
yang mempunyai kritik dan saran yang membangun saya akan menerimanya dengan
senang hati demi kesempurnaan laporan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar